Kisah Murid Sunan Gunung Jati di Pantai Sedari Karawang

Pantai Sedari cukup digemari traveler yang berlibur di Karawang. Asal muasal nama pantai ini pun ada hubungannya dengan seorang murid Sunan Gunung Jati.
Pemberian nama tempat pasti punya sejarah dan asal usulnya. Seperti nama Desa Sedari di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Sebutan Sedari sebagai nama desa dan pantai berasal dari nama Dewi Sondari, seorang putri cantik penyebar Islam asal Kudus.
Tidak semua warga Karawang mengetahui asal-usul Pantai Sedari, yang sekarang sedang hits. Tak banyak juga yang tahu, jika Sedari dinamai oleh Syekh Kudus Jana Pura, seorang murid Sunan Gunung Jati, penyebar Islam pada abad ke-16.
Ternyata, penamaan daerah Sedari dengan Syekh Kudus Jana Pura diyakini penduduk asli punya keterkaitan. Kisahnya berawal dari misi penyebaran Islam oleh Wali Songo, Kesultanan Demak dan Cirebon.
Kisah Dewi Sondari diteruskan turun temurun secara lisan oleh penduduk setempat. Saat ini seorang warga asli Sedari sedang menulis buku sejarah desanya. Si penulis menggali informasi dari keturunan langsung Syekh Jana Pura yang sampai sekarang masih tinggal di Sedari.
"Penelusuran juga sampai ke Pisangan, Praubosok, Cirebon, hingga Kudus, yang merupakan asal Syekh Jana Pura," kata Zakaria Husein, seorang sejarawan lokal kepada detikTravel di dekat makam Syekh Kudus Jana Pura, Minggu (3/12/2017)
Sejarah Sedari, menurut Zakaria berawal dari penyebaran Islam oleh Kesultanan Demak dan Cirebon. Dua kesultanan itu dikenal sebagai motor penyebaran Islam di pulau Jawa, pun dikenal sebagai kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa.
Begitupun dengan Cirebon. Keduanya terletak di pesisir utara Jawa. Demak di bagian tengah Pulau Jawa, sedangkan Cirebon di pesisir utara Jawa bagian barat.
Pada awal abad ke-16, saat Sunan Gunung Jati menjabat sebagai Sultan Cirebon, ia mengutus seorang murid ke pesisir barat jauh dari wilayah Cirebon pada tahun 1518. Murid itu adalah Syekh Jana Pura yang berasal dari Kudus. Ia diberi misi untuk membuat pedukuhan atau pemukiman di hutan belantara dekat laut.
Pedukuhan itu diyakini sebagai pos kesultanan Cirebon di pesisir utara bagian barat kesultanan Islam itu. "Saat itu, Sunan Gunung Djati menyuruh Syekh Jana Pura untuk membuka hutan di wilayah yang kini disebut pantai Pisangan hingga Sedari di Karawang," ungkap pria 46 tahun itu.
Setelah 10 tahun memimpin pedukuhan di Pisangan, dua putri Syekh Jana Pura dari Kudus datang berkunjung. Mereka adalah Dewi Sondari dan Andidari Wangsayuda. "Keduanya menetap beberapa tahun di sana," kata Zakaria yang merupakan kerabat kepala Desa Sedari ke-9.

Saat dikunjungi kedua putriya, Syekh Jana Pura mendapat misi menyebarkan Islam ke Sedari, yang saat itu dikenal dengan Tanjung Suwung. "Wilayah itu dulu dihuni oleh orang-orang pelarian kerajaan Telaga. Syekh Jana Pura lalu mengislamkan orang-orang di sana dan membuat pedukuhan," kata Zakaria.
Keberhasilan Syekh Jana Pura mengislamkan penduduk Tanjung Suwung rupanya sampai ke Kudus. Menurut Zakaria, tak lama kemudian Dewi Sondari dipinang oleh Raden Imanillah, salah satu kerabat Sunan Kudus.
"Sondari lalu kembali ke Kudus," ungkap Zakaria yang mengaku menghabiskan belasan tahun untuk menulis sejarah desanya, juga menelusuri kisah Syekh Jana Pura.
Untuk memperingati pernikahan putrinya, kata Zakaria, Syekh Jana Pura memberikan nama Sondari untuk pedukuhan di Tanjung Suwung. "Nama itu bertahan hingga kini," ungkap Zakaria.
Zakaria mengatakan, warga asli percaya, Syekh Kudus Jana Pura tinggal di Sedari hingga akhir hayat. "Menurut cerita keluarga, beliau meninggal pada tahun 1567 masehi,"
Ia pun dimakamkan di dekat Pantai Sedari, detik melihat makam itu terletak di dekat kolam, dikelilingi pepohonan mangrove. "Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah, dari Cirebon, Kudus bahkan dari Banten," kata Zakaria. (krn/krn)

Sumbernya dari sini

Comments