Warisan
Indonesia/Hardy Mendrofa/2011
|
Lahir di Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, Cirebon,
Jawa Barat pada tahun 1942. Anak pasangan Tarsa dan Rubiyem ini belajar melukis
sejak usia 10 tahun. Kepandaian sang kakek yang semasa hidupnya terkenal
sebagai seorang pengukir keris rupanya menurun kepadanya. Ketika duduk di
bangku sekolah, secara diam-diam Rastika suka menggambari Sabak (batu tulis)
dengan motif wayang Cirebon.
Secara otodidak, Rastika mulai belajar
mengenai motif batik Cirebon yang menyertai seorang tokoh wayang. Tahun
1960-an, ketika berusia belasan tahun, Rastika mulai melukis diatas kertas.
Tetapi, ketika ia melihat para pelukis kaca senior seperti Maruna, Saji dan
Sudarga melukis diatas kaca, secara diam-diam Rastika mencobanya di rumah, lalu
ia tunjukan kepada Sudarga. “Dia bilang lukisan saya bagus”,”ujarnya. Dari
situlah Rastika mulai menekuni melukis diatas kaca dan pembeli lukisan
pertamanya bernama Sukirno, tetangganya sendiri.
Narasi lukisan Rastika umumnya merupakan suatu
penggambaran antara baik dan buruk, hukuman dan kejahatan, angkara dan samadi,
dalam pola dan motif yang berasal dari kisah-kisah legenda dan pewayangan,
dengan motif campuran antara Jawa-Hindu, Islam dan Cina yang telah
bertranformasi.
Tahun 1977, Rastika ikut serta berpameran di
Pasar Seni ITB, ia di ajak oleh pelukis Hariadi Suadi yang juga dosen seni
grafis Fakultas Seni Rupa ITB. Waktu itu Rastika berpameran bersama Sudarga, masing-masing
memamerkan lima lukisan. Lukisan Semar dengan Dua Kalimat Syahadat karya
Rastika pun terpampang dSejak itulah namanya mencuat. Banyak orang yang
mengemari karyanya.
Seingat Rastika sampai sekarang, ia sudah
berpameran sebanyak 15 kali, baik bersama-sama maupun tunggal. Tetapi, tak ada
satu pameran yang ia selenggarakan sendiri, “Semuanya di prakarsai orang”,
katanya. Pameran tunggal dan bersamanya antara lain di Taman Ismail Marzuki,
Bentara Budaya, dan berbagai hotel di Jakarta. Lukisan kacanya juga pernah
ditampilkan dalam Pekan Raya Jakarta 1978, di Mitra Budaya milik perkumpulan
pencinta kebudayaan di Jakarta, bahkan ketika Semarang mengadakan pameran
kaligrafi dalam MTQ Xl Rastika juga turut serta.
Pernah mempersembahkan lukisan kaligrafi Semar
dengan Dua Kalimat Syahadat yang dibuatnya kembali kepada Presiden Soeharto
dalam upacara pembukaan Museum Indonesia di TMII. Lukisan-lukisannya banyak
dimiliki oleh para kolektor antara lain : Karna Tanding, Begawan Mintaraga,
Anoman Obong, Aji Candrabirawa, Bima Suci dan Kumbakarna Gugur. Salah satu
lukisannya diberi nama Citra Indonesia terpampang dimuseum Indonesia TMII.
karya-karya Rastika, kini juga bisa dilihat di Museum Wayang, Jakarta
Selain melukis diatas kaca, Rastika juga mahir
dalam sungging dan tatah wayang kulit serta wayang golek cepak. Ia pun sangat
pandai menabuh gamelan dan ikut bergabung dalam satu kelompok pertunjukan
wayang kulit di desanya. Membuat sebuah galeri kecil didepan rumahnya, di
Gegesik Kulon, Gegesik, Cirebon, Jawa Barat yang melahirkan karya-karya yang
unik dalam khasanah seni lukis Indonesia.
Nama : Rastika
Lahir : Gegesik Kulon,
Gegesik, Cirebon, Jawa Barat 1942
Pendidikan : Sekolah
rakyat(hanya sampai kelas 5),
Penghargaan : Bentara
Budaya Award (2012)
sumber: Taman Ismail Marzuki
apakah bpk rastika masih melukis? ada yang tau contact detail bpk rastika? thx.
ReplyDeletesekarang anaknya Mas yg jd penerus namanya Kusdono 08817785278. terima kasih
Deletemohon maaf, bpk Rasika wafat dua tahun kemarin
ReplyDeleteIn Memoriam Ki Rastika
Pelukis Kaca Dengan 400 Wayang
Majalah Tempo Edisi 8-14 Sept 2014 https://www.facebook.com/130769212458/photos/a.10152065429957459.1073741859.130769212458/10152620913812459/?type=1&theater