Wangi Indriya – Dalang Topeng

BANDUNG, 11/2 - TOPENG INDRAMAYU. Tokoh penari Topeng Indramayu Wangi Indria (51) tampil dalam acara "De Mask Festival-Across Generation" di GK Sunan Ambu STSI Bandung, Jawa Barat, Jumat (10/2/2012) malam. Wangi Indria menampilkan beberapa tari Topeng Indramayu kepada mahasiswa dan masyarakat umum untuk pembelajaran sekaligus mengenalkan khasanah seni tari Topeng Indramayu. ANTARA/Agus Bebeng/ss/mes/12.

Wangi Indriya adalah anak kedua dari empat bersaudara (Sidem, Suheti, dan Sunana). Lahir 10 Agustus 1961 di Indramayu dan tinggal di Desa Tambi Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Ayahnya bernama Taham dan ibunya Castinah. Taham adalah dalang wayang kulit terkenal di Indramayu. Ketiga saudaranya juga menjadi seniman. Sidem adalah pesinden wayang kulit; Suheti, selain dalang topeng juga pesinden wayang kulit; dan Sunana, dalang topeng.

Nama sanggar yang dipimpinnya adalah Mulya Bhakti. Menikah tahun 1979 dengan Ahmad seniman sandiwara dan mempunyai dua orang anak, Aris Sutanto dan Rio Sutanto. Tahun 1982 ia bercerai dengan Ahmad, dan tak lama kemudian ia menikah dengan Surjana, tetapi tidak punya anak. Suami ketiganya adalah Tarsono dan Ade Rahman adalah anak dari perkawinannya dengan Tarsono tersebut.

Ia adalah salah seorang dalang topeng dan juga dalang wayang kulit purwa gaya Indramayu. Bakat seninya turun dari ayahnya yang bernama Taham (seorang dalang wayang kulit purwa), dan ibunya bernama Castinah. Ketiga saudaranya yang lain juga menjadi seniman Sidem adalah sinden wayang kulit, Suheti dan Sunana adalah dalang topeng.

Wangi belajar menari dan gamelan sejak usia 10 tahun bersama saudara-saudara dan sepupunya (Sidem, Eti, Pawi, Casiwen, Kunyo) dan dilatih langsung oleh ayahnya, Taham, tarian yang diajarkan adalah tari Lenyepan dan Srimpi Indramayu.

Saat libur sekolah, Wangi selalu diajak ayahnya untuk ikut pentas wayang di berbagai daerah di Indramayu dan Cirebon. Tujuannya adalah untuk memotivasi agar kelak anaknya itu mau belajar wayang. Kebiasaan ikut pentas wayang bersama ayahnya, menyebabkan Wangi semakin tertarik oleh wayang, dan oleh sebab itu, sejak masih sekolah di SD ia bercita-cita untuk menjadi dalang wayang kulit Purwa. Suatu cita-cita yang amat jarang ditemukan, apalagi jika memngingat bahwa ia adalah seorang wanita. Dalam tradisi wayang kulit, wanita biasanya menjadi sinden dan bukan menjadi dalang.

Tahun 1975 saat masih kelas 2 SMP, ayah dan kakeknya mendatangkan seorang dalang topeng dari Juntinyuat, Ibu Warsem, untuk melatih Wangi bersama saudara-saudaranya. Tarian yang dipelajarinya adalah topeng Pamindo, namun tidak sampai selesai, kemudian ayah dan kakeknya mendatangkan lagi beberapa dalang topeng dari Sukagumiwang antara lain Nargi, Tomo, dan Tarip. Nargi dan Tomo mengajarkan topeng Pamindo dan Klana, tetapi kedua tari itu pun tidak selesai dipelajarinya. Dari Tarip-lah Wangi mempelajari 5 karakter topeng sampai selesai. Ketika kelima karakter tari tersebut sudah dikuasainya, ia sering diajak pentas oleh Nargi dan Tarip di berbagai panggung hajatan di daerah Indramayu.

Sekolahnya terputus hanya sampai kelas dua SMA. Ia berhenti sekolah bukan karena tidak mampu mengikuti pelajaran, akan tetapi karena terlalu sibuk manggung. Menjadi seniman adalah pilihan akhirnya. Ia pun mempunyai perhatian pada Sandiwara dan pada tahun 80-an ia bergabung dengan grup Sandiwara Purbasari dari Lelea. Selain sebagai pemeran, ia juga sebagai penari  Srimpi yang biasanya ditampilkan sebelum cerita dimulai. Sejak itulah ia lebih banyak bergelut pada seni peran dalam sandiwara daripada wayang dan tari topeng.

Pada tahun 90-an, Wangi behenti dari aktivitas sandiwara dan kembali menekuni tari topeng dan wayang purwa Cirebonan sebagai sinden. Kemudian belajar secara intensif sebagai dalang wayang dan berguru kepada ayahnya sendiri, Taham dan kepada Darmo, dalang wayang kulit dari Karangreja Cirebon. Pada tahun inilah ia pertama kali menerima panggungan topeng. 

Pada tahun 1994 ia pertama kali ke luar negeri, yakni keliling Jepang (Tokyo, Osaka, Hirosima, Hitachi)  dalam rangka Tour Tari Topeng dan Wayang Golek Cepak. Tahun berikutnya ia banyak menerima panggilan pentas dan workshop baik di dalam maupun di luar negeri. Kegiatan-kegiatan yang pernah diikutinya antara lain:

Tahun 1993: Sebagai peserta dalam Pesta Topeng Cirebon di Jakarta dan  pentas serta diskusi tari topeng di Denpasar Bali.

Tahun 1994: Selain Tour tari Topeng dan Wayang Golek Cepak di 4 kota di Jepang, juga sebagai peserta Binojakrama Wayang Kulit” dalam acara Festival Dalang Jawa Barat di Cirebon.

Tahun 1996: Sebagai peserta dalam Festival Dalang Wanita Jawa-Bali di Taman Budaya Jawa Tengah. Tahun 2001:  Koreografer dan Penari karya Sinom” dalam acara Solo Dance Festival di Surakarta. Tour Topeng dan wayang Kulit di Perancis, Belgia, Swiss, Italia, Belanda, bersama Sanggar Mulya Bhakti dan Rasinah. Sebagai dalang perwakilan kota Indramayu dalam Silhouette Animation Films Meets Dalang wayang Kulit, di 7 kota di Jawa yang merupakan eksperimen kolaborasi dalang wayang kulit dan film siluet Lotte Reiniger di Sanggar Mulya Bhakti Indramayu.

Tahun 2002: Sebagai dalang dalam Silhouette Animation Films Meets, yang merupakan eksperimen kolaborasi dalang wayang kulit dan film siluet Lotte Reiniger di Goethe Haus. Penari dalam karya Surat Shinta” koreografi Mugiyono yang merupakan hasil kolaborasi topeng Thailand dan Topeng Indonesia. Sebagai dalang dalam Silhouette Animation Films Meets Dalang Wayang Kulit, yang merupakan eksperimen kolaborasi dalang wayang kulit dan film siluet Lotte Reiniger di GoetheHaus Jakarta.

Tahun 2003: Pemain instrumen Musik dan vocal dalam karya Bangun” koreografi Hani Herlina dalam acara Festival Cak Durasim Surabaya. Workshop i La Galigo sutradara Robert Wilson, di Gianyar Bali.

Tahun 2004: Pemain pada pementasan i La Galigo sutradara Robert Wilson di Singapura, Amsterdam, Barcelona, Madrid, Lyon, Athena.

Tahun 2005: Penari dan Koreografer karya “Pituah” dalam acara Sketsa Tari Bulan Genap di Taman Budaya Jawa Tengah. Pemain pada pementasan i La Galigo sutradara Robert Wilson di New York USA. Pemain pada pementasan i La Galigo sutradara Robert Wilson di Teater Tanah Air Jakarta

Tahun 2006: Koreografer pada karya Tabir” di Teater Utan Kayu. Koreografer dan Penari pada acara Temu Coreografer Wanita di Taman Budaya Jawa Tengah. Koreografer dan penari ”Kirana” Bengawan Solo Festival di Surakarta. Pemain pada pementasan i La Galigo sutradara Robert Wilson di Melbourne Australia.

Tahun 2007: Sebagai peserta Festival Candi Sukuh Jawa Tengah.

Tahun 2008: Sebagai Penari ”I La Galigo”, Karya Robert Wilson di Milan Italia. Sebagai penari di “Lingkar dan Surat Sinta” karya Mugi Dance di Italia, Belgia, Belanda. Sebagai penari I La Galigo, Karya Robert Wilson di Taiwan. Sebagai penari Topeng dalam acara Pesamuan Panji Internasional di Mojokerto.

Tahun 2009:  Penari bersama Kemanak Dance Group di LLAngollen International Musical Eisteddfod North Wales, Inggris.

Tahun 2010: Penari & sinden bersama Teater Garasi pada pementasan Tubuh Ketiga, di Teater Salihara Jakarta. Penari dan Sinden Karya ”Je.ja.l.an” (Teater Garasi) di dalam acara Shizuoka Spring Arts Festival, yang diselenggarakan oleh Shizuoka Performing Arts Centre (SPAC) Jepang, dan di Atelier S-Space, Osaka, Jepang.

Tahun 2011: Srawung Seni, di Candi Sukuh Karanganyar Solo. Festival Hujan bersama Slamet Gundono (Wayang Suket), di Solo. Penari dan sinden bersama Teater Garasi pada pementasan Tubuh Ketiga, Yogyakarta.

Tahun 2012: Sudamala ”bersama Slamet Gundono, di Pantai Pangandaran Ciamis kegiatan ruatan setelah kena Sunami. Penari pada Srawung Seni Segara Gunung di Candi Borobudur bersama Suprapto Suryadarma.

Penulis: Toto Amsar Suanda

Comments