Nama : Indriya
Lahir : Indramayu,
Jawa Barat, 10 Agustus 1961
Pendidikan : SD, SMP SMA
(Kelas II)
Profesi : Penari
Topeng, Dalang wayang kulit, Pesinden
Setelah Rasinah, penari topeng panji yang
terkenal semakin lanjut usianya, ia disebut-sebut sebagai penerus tari topeng
panji. Menurut Wangi, nama panggilannya, antara topeng Cirebon dan topeng
Indramayu sama-sama memiliki lima karakter. Bedanya, pada topeng Indramayu ada
tarian ‘Kelana Udeng’, yaitu tarian terakhir dari lima karakter tari topeng.
Pada ‘Kelana Udeng’ lebih banyak atraksi, seperti menari diatas tambang, kayang
sambil mengambil koin. Wangi lahir dari keluarga seniman Indramayu. Kakeknya
Wisad, seniman tradisi serba bisa, sementara ayahnya, Taham, adalah seorang
dalang wayang kulit.
Wangi menggambarkan masa-masa dia berlatih
tari ibarat berlatih dalam kamp militer, sebab sang kakek dan ayah
memberlakukan disiplin besi. Sang kakek begitu ingin ada yang melanjutkan tari
topeng, sehingga mengharuskan Wangi, kakak, dan dua adiknya yang semuanya
perempuan, serta sepupu-sepupunya untuk belajar tari topeng.
Memulai belajar tari dari dasar seperti
serimpi dari ayahnya pada kelas V SD, Wangi belajar tari topeng sejak kelas I
SMP. Disiplin keras dijalani Wangi dan saudarinya. Wangi belajar tari topeng
hingga naik kelas III SMA. Saat kelas II SMA itu dia sudah mulai menari atas
undangan dan menerima bayaran.
Meski tidak belajar khusus pada Rasinah, Wangi
mengaku sempat dua kali bertemu penari itu, dalam dua kali pertemuan itu dia
sempat belajar gerakan tari dari Rasinah. Wangi dilatih untuk mampu mengerjakan
sendiri berbagai hal sejak kecil. Kemandirian itu pula yang membuat Wangi tak
pernah berniat mundur dari kegiatan berkesenian meskipun kini undangan menari
berkurang. Sampai tahun 2004-an, ia masih dapat undangan menari sampai 10 kali
dan mendalang 1-2 kali sebulan. Mulai 2005, rata-rata dua kali saja. Wangi
tidak tahu apa sebabnya.
Bersama rombongan Ila Galigo, Wangi ikut
berpentas di Singapura, Barcelona-Spanyol, Perancis, Italia, New York-Amerika
Serikat, dan Melbourne-Australia. Wangi mengaku menjalani kehidupan
berkeseniannya tanpa ngotot, semua dia jalani apa adanya. Kalau ada saingan
dari seniman lain, ia nikmati saja.
Di Indramayu mungkin nama kakaknya yang
pesinden lebih terkenal daripada dia, namun diluar Indramayu nama Wangi lebih
dikenal orang. Sebelum ikut Ila Galigo, Wangi pernah pentas di Jepang (1994,)
Perancis, Belgia, Swiss, dan Belanda (2001). Di dalam negeri dia diundang
antara lain ke Solo Dance Festival (2001) serta Temu Koreografer Wanita, pentas
di Teater utan Kayu dan Bengawan Solo Festival (2006).
Pertemuannya dengan berbagai kalangan membawa
Wangi menciptakan tari kontemporer yang berangkat dari gerakan tari topeng.
Setidaknya Wangi sudah menghasilkan lima tari baru, yang dia sebut mungkin agak
aneh di mata akademisi. Ia tidak khawatir topeng Indramayu akan punah atau
khawatir masyarakat tidak mau lagi tari topeng. Ia tetap optimistis. Ketika
naik pentas, sambutan masyarakat sangat baik, mereka tetap suka. Wangi akan
terus melakoni kesenian daerah ini, maju terus pantang mundur.
(Dari Berbagai Sumber)
Sumber: Klik teng riki jeh...
Comments
Post a Comment