Topeng Palimanan Cerbon; Dari Babakdeng
Sampai Babakbelur
Oleh : Sumbadi Sastra Alam - Pengurus Lembaga Bahasa
Lan Sastra Cerbon (LBSC)
27 July 2012
Nenek berusia 75 tahun begitu kokoh
menancapkan kuda-kuda kakinya di atas panggung papan di depan rumahnya. Meski
digerogoti usia yang renta, tubuh Mimi Tursini- penerus sekaligus pewaris
maestro tari topeng Palimanan Mimi Sudji (almarhumah) – tak bergeming. Tubuhnya
nampak tangguh menari tarian topeng Panji khas Palimanan Cirebon. Sesekali
dengan penuh kehati-hatian ia gerakkan tangan dan kepalanya sambil ditimpali
hiruk pikuk tetabuhan gamelan.
Wajahnya yang keriput kentara saat tertimpa
cahaya neon yang terpasang di atas panggung sederhana. Namun sekejap berubah
rona raut mukanya saat Mimi Tursini mengenakan kedok topeng Panji. Wajah topeng
yang cat putih itu menyatu dengan gerak tubuhnya yang bersahaja. Mimi Tursini
piawai menyuguhkan tari topeng Panji seperti sosok manusia yang penuh
bijak.Kepiawaian Mimi Tursini menarikan topeng Panji sehebat maestro penari
topeng Palimanan almarhumah Mimi Sudji. Gelar maestro topeng Palimanan
selayaknya disandang Mimi Tursini selaku pewaris maestro topeng almarhumah Mimi
Sudji.
Namun Mimi Tursini tak pernah tersentuh
perhatian pihak berwenang. Sebagai pewaris sah topeng Palimanan dari keturunan
asli almarhumah Mimi Sudji , tak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah
daerah setempat. Padahal perjuangannya mempertahankan keberadaan topeng
Palimanan yang hingga kini tetap ada, Mimi Tursini melangkah melalui perjalanan
yang panjang dan tak pernah terhenti hingga usianya senja.
“Sejak usia 12 tahun, sekitar tahun 1950 an,
saya diajak ibunda Sudji keliling bebarang atau mengamen dari kampung ke
kampung hingga menyeberang kabupaten lain menjadi penari topeng Palimanan.
Sebagai penari kecil saat itu bebarang bukan semata untuk mengais uang, tapi
lebih penting menggodok diri hingga matang kepiawaian saya dalam menari di depan
penonton. Itulah perjalanan hidup topeng palimanan yang disebut “babakdeng”.
Yakni perjalanan mengamen menari topeng satu babak dibayar satu gedeng padi,”
tutur Mimi Tursini ketika ditemui di sanggar tari Sujdi Mekar Harum yang
sekaligus di rumah kediamannya di sebuah gang sempit di kampung gempol
Palimanan Kabupaten Cirebon.
Kini untuk melestarikan secara nyata, Ibu
Tursini mendirikan sanggar Suji Mekar Harum. Muridnya sekitar 20 anak yang
masih sekolah di sekolah dasar. Meski sanggarnya sendiri sebenarnya bukan
tempat yang layak, namun Mimi Tursini tak pernah lelah mepertahankan keberadaan
Tari Topeng Palimanan, tanpa bantuan atau perhatian pemerintah daerah. Bahkan
untuk tetap pertahan hidup dan menjaga agar topeng Palimanan tidak punah
tertelan jaman, Mimi Tursini harus rela menanggung ekonomi keluarga yang babak
belur. Himpitan ekonomi dalam usianya yang kain rapuh terus mencekik kebutuhan
hidup keluarganya.
Mimi Tursini tak bergeming dalam kenestapaan
sebagai pewaris topeng Palimanan. Ia tetap setia melanjutkan pewarisan topeng
Palimanan yang pernah dikibarkan hingga mancanengara oleh ibundanya
almarhumah.Ibu Sudji.Bahkan sampai saat ini yang masih menjalin silaturahmi dan
mengakui tari topeng Palimanan dan pernah menjadi murid Mimi Sudji (almarhumah)
yakni penari kontemporer Indonesia bernama Didik Ninik Towok. “ Mimi Tursini
benar adalah anak Mimi Sudji, dan satu perguruan dengan saya belajar menari
topeng Palimanan sama mimi Sudji. Karena itu sebagai ungkapan hormat saya
kepadasalah satu guru tari saya, setiap tahun saya meluangkan waktu
bersilaturahmi dengan putrid mimi Sudji yakni Mimi Tursini,” ujar Didik Ninik
Towok ketika ditemui saat silaturahmi di sanggar Mimi Tursini.
Mimi Tursini masih punya kebanggan tersendiri.
Selain mewarisi keahlian menari topeng Palimanan dari Ibu Sudji (almarhumah),
juga masih menyimpan perlengkapan tari topeng Palimamanan yang pernah dipakai
Mimi Sudji yakni sobra, kedok Klana dan rumyang.
Sumber: Klik teng riki jeh...
===================
Kepiawaian Mimi Tursini
Menari Topeng Klasik Gaya Palimanan
BANDUNG,(Pikiran Rakyat).- Rasa
penasaran penonton untuk menyaksikan Tari Topeng Klasik Cerbon (Cirebon) gaya
Palimanan akhirnya terpuaskan. Tampilnya Mimi Tursini (63) pewaris Topeng
Klasik Cerbon gaya Palimanan yang merupakan puteri (alm) Mimi Suji Sang Maestro
Topeng Cerbon, mengundang decak kagum.
Meski hanya membawakan
satu tarian, penampilan Mimi Tursini sebagai pewaris tunggal Topeng Klasik
Cerbon gaya Palimanan pada pegelaran seni dan budaya “Sawengi Ning Cerbon”
Sabtu (1/12) malam, mampu mengundang kekaguman. Tari Topeng Klana yang
dibawakan selama hampir 15 menit diakhiri tepuk tangan penonton yang memenuhi
sebagaian tempat duduk Teater Terbuka Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat
(Dago Tea House).
MimiTursini adalah
putri maestro Topeng Klasik Cerbon gaya palimanan (alm) Mimi Suji. Di usianya
yang tidak lagi muda masih berkiprah untuk terus melestarikan topeng gaya
Palimanan, aktifitasnya kini menjadi guru tari di sanggarnya Mekar Suji Arum.
“Nenek yang sudah
banyak cucu dan cicit gerakannya masih lincah seperti Tursini muda dulu,
apalagi kalau menari Wanda Klana, banyak orang berdecak kagum,” ujar Rucita,
dari Dewan Kesenian Kab. Cirebon yang turut mendampingi para seniman dan
seniwati Cirebon yang mendukung terselenggaranya pegelaran seni dan budaya
“Sawengi Ning Cerbon”. (A-87/A-88)***
Sumber: Klik teng riki jeh...
Comments
Post a Comment