Monday, 13 December 2010
Oleh Matdon - Rois‘Am Majelis Sastra Bandung
sumber foto lingkarjabar.net |
MEMASUKI rumah dan Sanggar Topeng Purwakencana
di Desa Astanalanggar Losari,Kabupaten Cirebon serasa memasuki museum mini di
hutan raya.
Di sana terdapat dua rumah milik maestro tari
topeng Losari,Dewi dan Sawitri.Di belakang rumah Sawitri terdapat bangunan
kecil yang sejak dulu hingga kini menjadi sanggar dan melahirkan fenomena
tersendiri bagi dunia tari topeng. Di sanggar yang (maaf) terlalu sempit untuk
disebut sanggar itulah,Selasa (23/11),kami terlibat perbincangan dengan Nur
Anani atau biasa dipanggil Nani Sawitri, 30,cucu dari Dewi. Sanggar ini
terletak di antara sebuah home industry rokok, lantainya berdebu, sebuah kotak
berisi topeng-topeng tampak termangu sepi.
Di sudut kanan terdapat seperangkat gamelan
tari topeng Losari yang sebagian sudah tak terawat. Bicara Topeng Cirebon,
tidak mungkin melupakan nama Mimi Dewi dan Mimi Sawitri.Dua wanita kakak
beradik ini sepertinya dipilih sejarah untuk menjadi salah satu penjaga
kemurnian seni tradisi dan budaya (tari topeng) di tanah Cirebon. Nama Nani
disebut-sebut sebagai pewaris tunggal untuk tetap menjaga topeng Losari Dewi
dan Sawitri. Seperti halnya Topeng Slangit Sudjana Ardja yang juga diwariskan
kepada Inu Kertapati, Wangi Indriya,dan Aerly,mewarisi maestro Topeng Indramayu
Mimi Rasinah. Boleh jadi banyak sanggar atau kantong budaya di Tanah Air hanya
sebagai “kenangan” masa lalu, sebagai memori yang dibiarkan telantar dan hanya
menjadi milik masa lalu.
Tapi Nani tak begitu, dia ingin tari topeng
menjadi milik masa depan,meski di tengah perjalanan topeng harus berjibaku
dengan seni (tari) yang lebih modern dan dinilai “masuk akal”. Mimi Dewi,Mimi
Sawitri,Mimi Rasinah,Mimi Sudji,Mama Sudjana Arja adalah nama-nama maestro tari
topeng,mereka telah dengan baik melaksanakan tugas sebagai warosatul budaya
(khalifah yang bertugas mewarisi budaya), mereka tak lain adalah pahlawan
kearifan lokal dalam bangunan tari tradisi menjadi peradaban modern dari budaya
global.
Lalu,mampukah mereka anakanak muda seperti
Nani ikut menjaga warisan budaya ini? “Berat rasanya,tapi saya harus tetap
mempertahankan dan menghidupkan tari topeng,” ujar Nani seraya menunjukkan
sejumlah topeng yang dulu dipakai Sawitri untuk menari, juga beberapa keris dan
buku naskah kuno peninggalan nenek moyang Sawitri. “Topeng ini pernah dicuri
orang.
Namun kembali lagi, naskah- naskah ini
sebagian hilang karena dipinjam dan tidak kembali, tiga keris ini masih utuh,
barang-barang ini tetap kami rawat,” demikian Nani memaparkan benda-benda
sejarah milik Sawitri, sambil terus menerangkan bahwa benda tersebut
turun-temurun diwariskan dari Sukanta, Darim, Sumitra, Dewi, Sawitri,hingga
Nani.(*)
sumber: Klik teng riki jeh...
Comments
Post a Comment