Komplek Buyut Trusmi


Komplek Buyut Trusmi merupakan tempat peziarahan yang dibangun pada tahun 1481 oleh Trusmi, anak pertama Raja Pajajaran (Prabu Siliwangi). Buyut Trusmi adalah yang menyebarkan ajaran Islam di Cirebon. Beliau wafat pada tahun 1559. Kompleks Buyut Trusmi terdapat di Kampung Dalem, Kelurahan Trusmi Wetan, Kecamatan Weru. Secara astronomis berada pada koordinat 06º 44' 15,6” Lintang Selatan dan 108º 32' 39,4" Bujur Timur. Lokasi yang berjarak sekitar 5 km dari Sumber ini sangat mudah dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun empat.

 Lingkungan sekitar kompleks Buyut Trusmi berupa pemukiman penduduk pada kawasan pedataran. Batas sebelah utara adalah pemakaman umum dan kebun, sebelah timur sungai, sebelah selatan Jl. Kampung Rumah Gede (Bale) dan pemukiman, serta di sebelah barat juga pemukiman.

Kompleks Buyut Trusmi luasnya sekitar 3600 m2 dikelilingi pagar tembok setinggi 2 m dengan bahan bata tanpa dilepa. Sebagaimana bangunan dari masa Kesultanan Cirebon lainnya, Kompleks Buyut Trusmi didominasi warna merah bata. Jalan masuk ke kompleks bisa melalui Gapura Kulon dan Gapura Wetan. Kedua gapura berbentuk gapura candi bentar masing-masing dilengkapi dengan 2 daun pintu simetris. Daun pintu terbuat dari kayu berukir dengan ragam hias pola flora dan fauna (ular). Di balik gerbang pada sebelah kanan dan kiri terdapat tempat air keramik. Secara keseluruhan gerbang ini dilengkapi bangunan cungkup dengan ukuran tinggi 4 meter beratap joglo dari bahan sirap.

Setelah melewati gerbang terdapat tembok penghalang yang disebut Kuta Hijab. Tembok penghalang ini berfungsi sebagai aling-aling atau tirai untuk menghalangi pandangan. Sehingga pengunjung tidak dapat melihat bagian dalam dari depan pintu gerbang. Bangunan ini berukuran lebar 0,50 m, panjang 3,90 m, dan tinggi 2,80 m. Bagian atasnya melingkar dan bagian tengahnya dengan hiasan tugu kecil. Bidang aling-aling ini dihiasi juga dengan pola geografis.

Halaman dalam kompleks Buyut Trusmi secara umum terbagi dua bagian. Di halaman sebelah selatan terdapat bangunan masjid dan beberapa bangunan lainnya sedangkan halaman sebelah utara merupakan tempat bangunan makam Buyut Trusmi. Setelah melewati gerbang baik yang ada di timur maupun barat akan sampai di halaman sebelah selatan.

Apabila masuk melalui Gapura Kulon, di sebelah kiri (utara) terdapat bangunan pendopo. Bangunan yang menghadap ke timur ini berbentuk persegi panjang berukuran 5 x 3,25 m berlantai tegel. Bangunan beratap rumbia ini ditunjang dengan tiang kayu. Fungsi bangunan ini adalah sebagai ruang rapat. Di sebelah timur pendopo terdapat bangunan pekemitan. Bangunan yang menghadap ke barat ini berukuran 8,45 x 7,80 x 3,50 m. Seluruh bangunan menggunakan bahan kayu kecuali lantai dari tegel. Dinding berupa jeruji kayu dan atap dari bahan rumbia. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal juru kunci (kemit).

Di sisi kanan (selatan) terdapat bangunan keputren atau pawadonan. Bangunan ini menghadap ke timur, berbentuk persegi panjang berukuran 8,25 x 4,50 m. Bangunan yang sangat baru ini berlantai keramik, berdinding tembok dan beratap sirap. Di sebelah timur keputren terdapat bangunan utama di halaman ini, yaitu masjid.

Bangunan masjid berdenah persegi panjang, terdiri dua bagian. Bangunan di bagian barat merupakan bangunan lama yang berukuran 12 x 7 m. Lantai dari bahan keramik dan dinding berlapis batu pualam. Pada dinding utara terdapat dua jendela, masing-masing berukuran 95 x 48 cm yang. Dua jendela ini mengapit pintu berukuran lebar 7,5 m dan tinggi 1,25 m. Pintu-pintu ini berukuran kecil, dengan maksud agar setiap jamaah yang masuk ke dalamnya sekaligus menundukkan kepala pertanda hormat. Mihrab berukuran panjang 1,40 m dan lebar 0,90 m dibagi dua bagian. Mihrab di selatan sebagai tempat imam memimpin shalat berjamaah dan mihrab utara tempat mimbar dimana khotib berkhotbah. Bagian atas mimbar terdapat dua lengkungan dihiasi kaligrafi Arab lafal “astagfirullahalazim allahu la haula wala kuwwata illa ala azim”. Atap masjid dari sirap berbentuk limas tumpang tiga. Pada bagian puncak dihias kemuncak atau memolo. Konstruksi atap didukung 4 sokoguru. Tiang ini berbentuk persegi dihiasi dengan flora dan fauna yaitu ular dan macan.

Bangunan di bagian timur merupakan bangunan tambahan berukuran 12 x 7 m. Bagian bangunan ini berdinding tembok dan berlantai keramik. Atap dari bahan sirap ditunjang oleh 8 sokoguru. Antara bagian bangunan lama dan bangunan tambahan dihubungkan 3 buah pintu.

Di sebelah timur masjid pada sisi selatan terdapat bangunan witana. Bangunan ini adalah tempat sholat pertama yang dibangun sebelum mesjidnya. Witana berasal dari kata wiwit ana yang berarti permulaan ada. Konon bangunan ini yang mula-mula didirikan oleh Pangeran Walasungsang. Dahulu Pangeran Walasungsang mengajarkan agama Islam di tempat ini. Bangunan ini berukuran 3 x 3 m beratap rumbia. Atap ini ditunjang 4 tiang yang ada pada sudut bangunan. Di sebelah timur bangunan ini terdapat pekulahan, yaitu bangunan tempat mandi dan bersuci. Di sebelah timur sedikit ke uata dari pekulahan merupakan pintu masuk bagian timur atau Gapura Wetan.

Di sebelah utara bangsal witana terdapat beberapa bangunan yang saling berhubungan. Di bagian paling timur dekat dengan Gapura Wetan terdapat Jinem Wetan. Di depan bangunan ini terdapat bangunan Jinem Kulon. Kedua bangunan ini terbuka, lantai plur dan atap daun didukung 6 tiang kayu. Tempat ini berfungsi sebagai tempat istirahat para pengunjung yang datang berziarah. Kata jinem berarti siji kang nenem, satu dari yang enam. Maknanya adalah salah satu dari rukun iman yang terdiri dari enam hal.

Di sebelah utara antara Jinem Kulon dan Jinem Wetan terdapat paseban. Bangunan terbuka tanpa dinding ini menghadap ke utara, berdenah persegi panjang dengan ukuran 7,30 x 5 m. Lantai tegel berukuran 20 x 20 cm. Lantai ditinggikan 20 cm dari dasar lantai lainnya. Atap bangunan berbentuk tumpang. Fungsi bangunan ini hingga sekarang adalah sebagai tempat menerima tamu dan musyawarah.

Untuk memasuki halaman sebelah utara terdapat dua jalan masuk. Jalan masuk utama terdapat di sebelah utara masjid sedangkan jalan masuk kedua berada di sebelah utara pendopo. Di halaman sebelah utara ini terdapat cungkup makam Buyut Trusmi. Buyut Trusmi meninggal pata tahun 1559. Makamnya dikeramatkan sehingga hanya orang tertentu yang dapat melihat makam. Bangunan cungkup berukuran 11 x 9 m, dindingnya dibangun dengan bahan bata. Pintunya berada di selatan dengan ukuran tinggi 1,66 m dan lebar 22 m. Pintu ini sangat kecil, dimaksudkan agar penziarah masuk lewat pintu ini langsung menundukkan kepala tanda menghormat. Di depan cungkup terdapat teras dengan ukuran 9 x 9 m yang difungsikan sebagai penziarahan. Teras ini beratap sirap. Sekitar makam Buyut Trusmi ini terdapat beberapa makam kerabat beliau.

Di komplek makam ini pada waktu-waktu tertentu dilakukan upacara. Pada setiap tanggal 25 bulan Mulud dilakukan upacara ganti welit (atap dari anyaman daun kelapa), yaitu dilakukan tahlilan. Atap yang terbuat dari sirap juga diganti secara berkala. Setiap 4 tahun sekali upacara penggantian sirap dilakukan. Dalam upacara ini dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.

Lokasi:  Kampung Dalem, Kelurahan Trusmi Wetan, Kecamatan Weru, Kab Cirebon

Comments