![]() |
Gbr. Gamelan Sekaten Keraton Kasepuhan |
Gamelan Sakati atau Sakaten adalah gamelan
ritual yang tak sembarangan ditabuh. Gamelan ini hanya digunakan pada
acara-acara tertentu. Munculnya gamelan ini berhubungan erat dengan awal
penyebaran agama Islam oleh para Wali di tanah Jawa pada zaman kerajaan Demak
Bintara dan Cirebon abad ke-15. Gamelan ini ditabuh secara keras di halaman
Masjid Agung Kerajaan dengan tujuan untuk menarik perhatian penduduk agar
memeluk agama Islam sebagai agama baru yang dianggap lebih baik.
Asal mula gamelan Sakati mungkin lebih tua
dari pada zaman Demak, yaitu masa kerajaan Hindu Majapahit atau sebelumnya. Ada
beberapa pendapat mengenai asal mula kata “ Sakati “ atau “ Sakaten “ . Ada
yang menduga asal kata Sakati atau Sakaten berasal dari kata “ Shadatan “ ,
karena pada waktu itu, untuk dapat menyaksikan gamelan di halaman Masjid
orang-orang terlebih dahulu harus mengucapkan dua kalimah Shadat sebagai tanda
masuk Islam. Ada pula yang menduga bahwa kata Sakati berasal dari kata “ Suka
Ati “, karena mereka (penduduk) memeluk agama islam secara suka rela. Selain
itu ada yang menduga bahwa kata Sakati berasal dari “ Satu kati “ yaitu ukuran berat setiap
Wilahan dan Penclon gamelan . “ Satu kati “ kira-kira beratnya 617,5 gram.
Sekarang ini, gamelan Sakati terdapat di
Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman di Cirebon, Keraton Pakubuwana Surakarta,
dan Hamengku Buwana Yogyakarta. Semua mengaku bahwa gamelan Sekati miliknya
berasal dari Keraton Demak. Setelah Kerajaan Demak runtuh, sekitar 1549 – 1568,
gamelan Sakati dibawa ke Kerajaan yang meneruskannya yaitu Pajang dan Mataram.
Ketika Kerajaan Mataram kemudian pecah menjadi
Kasunanan, Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta pada 1755, tanah, benda pusaka,
termasuk gamelan dibagi dua. Gamelan Sekaten Kiai Nagajenggot (Guntursari) menjadi
bagian Surakarta sedangkan Kiai Nagawilaga menjadi bagian Yogyakarta. Dalam
pemerintahan Raja-raja selanjutnya gamelan-gamelan ini dibuatkan pasangannya
sehingga masing-masing kerajaan mempunyai dua perangkat.
Gamelan Sekati di Keraton Kasepuhan dan Keraton
Kanoman Cirebon secara tradisi dipercaya berasal dari Demak Bintara pada tahun
1495 sebagai hadiah perkawinan Ratu Mas Nyawa
(Putri Raden Patah, raja demak) dengan pangeranBratakelana (Putra Sunan
Gunungjati dari istrinya Syarifah Bagdad).
Di Keraton Kasepuhan gamelan Sakati ditabuh antara lain pada Hari Raya
Iedul Adha bulan Haji (Zulhijah) di bangunan Sri Manganti, saat Sultan bersama
kerabatnya menuju Mesjid Agung Sang Ciptarasa untuk melaksanakan sembahyang
Ied. Sedangkan di Keraton Kanoman gamelan Sakati ditabuh pada bulan Mulud
(Rabiul Awal) dalam upacara ritual Muludan (Panjang Jimat).
Waditra yang terdapat dalam gamelan Sakati
Cirebon adalah Bonang, saron, Bedug, Cekebres, Goong, Kemanak dan Kebluk.
Penclong Bonang diletakan memanjang atau menyambung di antara keduanya, tetapi
kadang-kadang diletakan berdampingan sehingga Nayaga (Penabuh) duduk
berhadapan. Lagu gamelan sakati Cirebon di antaranya adalah lagu Rambon,
Sekaten dan Bango Butak. Menurut tradisi, lagu-lagu gamelan Sakati diciptakan
oleh Sunan Kalijaga.
(http://disporbudpar.cirebonkota.go.id/index.php/Purbakala/gamelan-saketi/All-Pages.html)
Comments
Post a Comment