Pribumi Gunung Jati Bicara Gunung Jati

Resensi Buku "Ziarah di Makam Sunan Gunung Jati"
Oleh Ahmad Umar*
Dalam salah satu babnya, Kitori Astani juga membahas tentang fenomena peminta-minta yang ada disekitar komplek makam Sunan Gunung Jati. Permasalahan sosial ini tidak kunjung menemukan solusi yang terbaik. Sudah dibahas sejak lama dan tidak hanya dibahas oleh masyarakat sekitar, juga dibahas oleh kalangan akademisi. Dalam hal ini kitori mengungkapkan pendapatnya sebagai kalangan muda lokal yang mencoba mengungkap masalah sosial dalam masyarakatnya.
Sunan Gunung Jati bernama asli Nûrullâh. Ia berasal dari Pasai, kota pelabuhan pasar di Aceh. Pada awalnya dia seorang penyebar agama Islam, kemudian berkembang menjadi seorang negarawan dan pendiri kerajaan di Cirebon dan Banten.  Dalam versi lain, nama asli Sunan Gunung Jati adalah Syarîf Hidayatullâh. Diyakini masih keturunan Nabi Muhammad dari nasab ayah dan Prabu Siliwangi dari nasab ibu. Ia dikenal sebagai penyebar ajaran Islam di pulau Jawa, khususnya wilayah barat. Termasuk salah satu Wali Songo, yang wafat sekitar abad 16 Masehi dan dikebumikan di sebuah bukit yang bernama Gunung Sembung.

Tradisi ziarah sebagai salah satu bentuk ritual keagamaan berupa penghormatan terhadap orang-orang takwa, khusunya para Nabi dan para wali, sudah berlaku sejak lama di kalangan sebagian besar umat Islam. (Gertz, 1966)

Di Indonesia, khususnya di Jawa, penghormatan kepada para wali, atau lebih khususnya ziarah ke makam wali, adalah praktek ritual yang lazim dilakukan oleh banyak orang. Mengenai penghormatan terhadap wali yang ada di Jawa dan hubungannya dengan tradisi umum, sebagian masyarakat Jawa menganggap ziarah merupakan bagian dari ungkapan ketakwaan (Fox, 1991)

Buku “Ziarah di Makam Sunan Gunung Jati” adalah buku yang mengupas tentang fenomena  ziarah ke makam sunan gunung jati, baik itu tradisi, tingkah laku para pengunjungnya. Di mana ada yang punya kebiasan setiap seminggu datang berziarah, ada yang hanya untuk mandi sumur pitu (tujuh) saja, tirakat dan lainnya.

Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Paseban, Maret 2012, dan ditulis oleh Kitori Astani yang merupakan putra daerah dari sekitar komplek makam Sunan Gunung Jati. Kitori Astani merupakan putra daerah ketiga yang menulis buku tentang komplek makam sunan gunung jati. Sebelumnya ada Hasan Basyari (alm) dengan judul buku “Sekitar Komplek Makam Sunan Gunung Jati dan Sekilas Riwayatnya”. Kemudian beberapa tahun kemudian terlahir buku “Mengaji Pada Sunan Gunung Jati” dengan gaya tulisan khas seorang Abdul Ghofar Abu Nidalloh.

Dari ketiga buku karya pribumi Astana Gunung Jati tersebut terlihat sama, tapi sebenarnya ada perbedaan. Hal ini bisa dikarenakan adanya perbedaan generasi antar ketiga penulis tentang komplek sunan gunung jati. Masing-masing seperti mewakili generasinya dalam memandang fenomena yang ada di sekitarnya. 

Dalam Buku ini, Kitori Astani mengungkap pandangannya tentang beberapa kebiasan para peziarah yang datang ke komplek makam sunan Gunung jati. Ada yang suka mengusap benda yang ada di komplek pemakaman (sebagai bentuk kesukaan pada sunan gunung jati dan ngalap berkahnya), melempar uang receh di depan pintu masuk makam sunan gunung jati, membawa tanah merah dan lainnya. Kitori Astani seakan mengungkap keadaan dan pendapat secara umum dari para peziarah yang melakukan tradisi – tradisi tersebut.

Dalam salah satu babnya, Kitori Astani juga membahas tentang fenomena peminta-minta yang ada disekitar komplek makam Sunan Gunung Jati. Permasalahan sosial ini tidak kunjung menemukan solusi yang terbaik. Sudah dibahas sejak lama dan tidak hanya dibahas oleh masyarakat sekitar, juga dibahas oleh kalangan akademisi. Dalam hal ini kitori mengungkapkan pendapatnya sebagai kalangan muda lokal yang mencoba mengungkap masalah sosial dalam masyarakatnya.

Buku ini ringan untuk dibaca, dengan pembahasan yang umum, tidak ada spesifikasi khusus dan mendalam, seperti sejarah, antropologi dan lainnya. Seperti dua buku sebelumnya, buku ini bisa menjadi bagian salah satu buah tangan khas jika Anda berjiarah di komplek makam Sunan Gunung jati. Pada akhirnya buku ini dilengkapi dengan panduan bacaan tahlil.

*Pribumi Astana Gunung Jati (http://www.room467.tk)

Comments