Makna Simbol Brekat Pelal

Brekat pada Malam Utama, Pelal Muludan Gunungjati. Brekat dari kata Berkah, Barokah, yakni nilai-nilai kebaikan yang terkandung pada sesuatu. Brekat Pelal berarti nilai kebaikan yang diperoleh dari Malam yang Utama, atau Malam yang penuh keutamaan.

Rupa brekat Pelal itu adalah Ketan Rosul yang ditaburi Uyo Sango, dan Kacang Goreng, dihiasi Cemplung dan Serundeng, Dadar tipis dan Telur yang dibelah empat atau delapan, serta tak lupa : Gesek Petek atau ikan asin Petek. Sajian yang sebetulnya sangat tidak menarik, jika tidak karena nilai berkahnya.

"Ketan Rosul melambangkan Iketan ajaran Rosul yang suci jika warnanya putih, atau yang agung jika berwarna kuning, atas berbagai elemen masyarakat nelayan diwakili dengan ikan asin, kacang dan kelapa mewakili masyarakat petani, telur melambangkan peternak dan dadar terigu yang diler tipis menjadi lambang masyarakat pedagang yang menggelar modalnya. Bahwa iketan suci dari ajaran Rosul adalah sebuah harmoni padu-padan berbagai elemen masyarakat dalam satu wadah, bukankah Allah menciptakan kita bersuku-suku bangsa, berlainan adat dan bahasa adalah supaya kita saling mengenal? Li ta'aarofuu lalu menjaganya dengan ikatan Shilaturrahmi, tali kasih sayang yang erat".

Ketan Rosul adalah simbol ajaran Islam yang dibawa Rosululloh SAW. Cemplung mengajarkan kita agar nyemplung, masuk ke dalamnya dengan sempurna, Udkhuluu Fissilmi Kaaffah, begitu perintah Al Qur'an. Setelah berada di dalamnya, kita berkewajiban menyampaikan kembali kepada yang lain, Ballighuu 'Annii Walau Ayatan, perintah Nabi. Ini disimbolkan dengan Serundeng atau Serundang yang berarti Serune Pengundang atau kesungguhan untuk menyeru ummat agar beramar ma'ruf nahi munkar". Sedangkan Uyo Sango, berasal dari Uyo yang berarti garam dan Sango berarti Sembilan. Uyo Sango adalah simbol ide para wali songo yang mengajarkan bahwa setiap muslim hendaknya mengikuti filosofi Uyo. Hendaknya kehadiran kita bisa diterima di manapun dan oleh siapa pun sebagai penyedap kehidupan, dicari dan dibutuhkan untuk memberi efek sedap sebagaimana fungsi garam pada setiap masakan. Bahan Uyo Sango maupun Serundeng adalah kelapa, tumbuhan yang seluruh bagiannya memiliki manfaat, pesan agar kita dapat memberikan manfaat kepada makhluk lain pada setiap tarikan nafas kita, pada setiap gerak lahir kita. Sebagaimana gambaran dari Rosululloh bahwa “Sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain".

Kacang adalah tumbuhan yang tumbuh dan berkembang dari dirinya sendiri dari dalam tanah, bukan distek atau dicangkok. Melambangkan rasa percaya diri untuk tumbuh dan berkembang dengan kemampuan sendiri dengan kepribadian yang murni yang berakar pada asal penciptaan manusia, yakni bumi atau tanah. Dadar aci yang diler tipis memberi pesan agar kita senantiasa mendadar muasal kita agar tidak menjadi sombong dan takabbur serta semena-mena. Telur yang dibelah empat atau delapan adalah asal muasal kita hingga menyebar ke empat atau delapan arah mata angin". Sedangkan Gesek Petek atau ikan asin jenis Petek mengingatkan kita agar tidak kalah dalam perang abadi melawan musuh yang nyata, Lihatlah anak muda, ikan di Cirebon adalah lambang kita, manusia. Sedangkan lautan lepas adalah dunia sekililingnya. Saat ikan hidup dan berjiwa, ia tak kan terpengaruh oleh asinnya air laut, namun sedetik saja jiwanya mati, jasadnya akan mengapung asin bahkan rontok tinggal belulang. Maka jaga nyala iman dalam dada, agar tubuh tak sekadar daging membalut tulang dengan seonggok kotoran di dalamnya. Ada yang mengatakan Gesek berasal dari Ghosaq yang bermakna awan atau mega,dan Petek dari Fathyang berarti terbuka atau kemenangan. Gesek Petek adalah lambang Mega Kemenangan". Wallaahu A'lam

Sumber : Ngaji Pada Sunan Gunung Jati karya Abdul Ghofar Abu Nidallah

Comments

  1. assalamu 'alaikum...
    nama saya akbar, berasal dari kec. karangampel kab. indramayu. sekarang saya sedang menempuh pendidikan di UNY (jogja) dan akan menyusun skripsi. saya hendak menysusun skripsi tentang kebudayaan yang ada kaitannya dengan kuliner khas dan pariwisata. setelah saya membaca post ini, saya tertarik untuk mempublikasikan kebudayaan pelal mulud gunung jati ke muka umum. oleh karena itu, mohon admin blog ini memberi saya petunjuk untuk berkenan membantu saya menyusun skripsi sekaligus mempublikasikan kebudayaan kota Cirebon. mohon hubungi saya di 085729352186. terima kasih.. wassalam.

    ReplyDelete
  2. klo saran kami, untuk di astana gunung jati anda bisa dateng langsung ke Jeneng Imron, ketua dari pengurus komplek makam sunan gunung jati, dan ke abdul ghofar penulis buku "mengaji pada sunan gunung jati" sebagai teman diskusi.

    tapi baeknya juga dateng ke 3 keraton. karena tradisi pelal ini juga di adakan di keraton kasepuhan, kanoman, dan kacirebonan.

    untuk referensi bukunya kami kurang begitu tahu.

    mohon maaf telat komennya,stlah tradii muludan malam pelal di cirebon eslesai. :)

    ReplyDelete

Post a Comment