HMJB; WORKSHOP FILM DOKUMENTER


HMJB PRO, H+2 Idul Fitri 1429 H, HMJB berworkshop film dokumenter kecil-kecilan, berbagi ilmu kecil-kecilan pula, dengan harapan besar. Tepatnya di gedung baru MI Syahidah Desa Astana Gunung Djati, bermula pasca bangun tidur kesiangan hingga pasca jumatan kesorean dan berlanjut hingga esok harinya yang berujung di Studio 21 Hero Cirebon gedung theater 2, nonton bareng Laskar Pelangi.

Gawe kecil-kecilan yang disponsori ala pancingan ini diikuti sejumlah peserta, pe
ralatan, ruang dan waktu yang serba terbatas, sangat terbatas untuk maksimalisasi, tapi yang penting ilmunya dapet euy. Adapun yang kebetulan ikut nimbrung kala itu adalah sebutan-sebutan yang terabsen berikut ini: Umar, Pak Oi, mPit, Syeba, Dungdung, Mang Itong, Doyok, Kang Un, Must-x, Ham-burger, Wa’yu, d.k.k.

Kegiatan yang difasilitasi fasilitator gratisan dari Jogja asli Stano ini mengawali dengan pengantar teori tentang film dokumenter dan sekenanya, cukup beberapa lembar copy materi dan obrolan saja karena yang lebih penting prakteknya. Ikut menghiasi atmosfir workshop, ada sedikit obrolan pendapat perbedaan antara dokumentasi dan dokumenter. Yang pada intinya dokumenter sudah tentu dokumentasi tapi tidak sebaliknya dokumentasi belum tentu dokumenter, betul tidak? Seperti halnya, masih ingat kan waktu kecil ketika menghafalkan perbedaan antara rasul dan nabi?

Hari pertama, workshop berujung pada praktek shooting bersama kamera jadul, jaman sebelum lahirnya kamera miniDV. Yang masih teringat ada 5 jenis shooting, totalshoot, longshoot, mediumshoot, shortshoot, dan extrimshoot, bener ga’ tuh? Kemudian berlanjut dengan praktek latihan produksi dari pengembangan naskah sederhana yang dibuat kroyokan. Kebetulan sasaran latihan sederhana yang paling dekat dengan lokasi workshop, profil Bakso BangSat (Bang Satiro).

Hari kedua, seperti biasa berawal dari bangun tidur kesiangan, teman-teman HMJB dibawa angin pada proses editing hasil shooting dengan fasilitas adob premier 6.5. Sederhananya terdiri dari beberapa tahapan dasar yang penting untuk diempunyai; transfer kaset video ke komputer, cara pemotongan file hasil shooting, editing audio, memasukkan teks pada film, dan singkatnya menjadikan hasil editing film itu sebagai file film yang utuh. Banyak berbagai macam pilihan bentuk file seperti avi atau mpeg, masing-masing berbeda kapasitas dan kualitas. Yang terpenting tidak ditiadakan adalah ide kerangka naskah skenario sebagai panduan proses editing film.

Rabu (7/10/08), terjadi tradisi Syawalan di Astana Gunung Djati. Dengan terdiri dari empat crew, HMJB melangsungkan implementasi hasil workshop, merekam tradisi tersebut menjadi dokumenter. Kita tunggu hasil maksimalnya. Try it at home.[] must-x.

Comments

  1. ane seneng dgn acr workshop kmren...tapi waktu dan tempat yg terbatas buat ane ga bsa ontime...alangkah enaknya kalo altnya ada, bisa lebih konsen itu.termasuk orang2nya kalo ngumpul teruskan bisa fokus n bisa tanya2lah gtu, masala-e kulo dereng paham betul apalagi alatnya ga mendukung....kalo bisa ditinggal tuh...hehehe.....

    ReplyDelete
  2. klo saran mas wyok mah sering-sering nonton behindscine eagle di metrotv, nambah-nambahan gitu@

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah. Wis ngomonge angel gara-gara saking bungae... Bunga lantaran mbuktiaken ana kiprah budaya filem ning jagat dewek. Mbuh kaya apa lelakonan teknis-se, kuen sih kader ana pelajarane. Sing angel nduweni niat mulya, melu kiprah budaya seni kang nganggo teknologi. Muga-muga diparingi pada waras kabeh, jembar rejekie, berkah ilmu bebrayane. Salam mesra kanggo sekabehe bae, terutama senior saya Kang Kartani, Kang Fadilah, Kang Hasan dan sahabat saya Salim Satu. EMBIE C NOER

    ReplyDelete
  4. Saya bukan orang Cirebon, tapi teman, tetangga, lingkungan saya (Pasar Mainan Prumpung) dipenuhi Wong Cerbon, sampai orang Batak, Padang, dan lain-lain jadi bisa ngomong Cerbon...saya sih bli bisa..cuman tau lagu-lagunya kayak Bendungan karet, dan Mong Diwayu....
    Salam kenal

    Suripto
    www.cipinangdeli.blogspot.com

    ReplyDelete

Post a Comment