Keluh Rindu Semeren ning Gunung Jati

Andai ku tahu Tuhan terbonsai di lubuk hati
Suara receh berglotakan
Lirih di pojok-pojok kramat anak tanjakan
Terjepit bisikan jeritan bisikan teriakan
Suara-suara Tuhan berserakan
Obrala dijajakan
Beralas daun jati
Tercecer awut-awutan

Batok-batok pun bergoyang
Tadahkan alunan belas keikhlasan
Jadi objek wasiat Kanjeng Sunan
Sampai kapan…?!

DENGAR…!
Jeritan itu masih ternganga
Butir-butir tasbeh berputar membisu
Receh itu terlalu setia berglotakan
Mengakar pecahkan kepulan kemenyan
Duh…!
Suramnya kanjeng sunanku…

Lihat…!
Masih seperti dulu
Semerenmu masih menjadi puser bumi rupiah pribumi
Lawang gedemu yang cemeng manis masih beraroma kemenyan kembang wewangi

Masih seperti dulu
Wasiatmu masih menjadi slogan yang mati
Tajug-tajug berparas letih dan sepi
Bersanding bakiak sebelah kaki

Alif kecilpun masih menyadong
Bersajadahkan daun jati

Sepi dan benci aku sendiri
Apakah harus lari ke hutan lalu ke pantai?

Dulu sekarang mendatang masih seperti dulu
Kau lelap tertidur dalam senyum
Mimpimu masih terjepit gunung sembung wa gunung jati

Bosan dengan penat
Masih saja berangkat dengan pekat
Ke mana kepulan kemenyan pembawa pesan itu pergi..?

Take eazy god…:)

...senyum bisik jeritan yang membisu
Apakah wajahmu lusuh karena asap kemenyan itu...
Apakah wajahmu kusut karena ketiban gremincing alif kecil itu...
Lalu suramkah kehidupan di dalamnya...

TIDAK...!!!
Masih ada cerah srengenge dari celah dedaunan jati
Masih ada merdu firman-Nya dari celah bilik anyaman bambu dan sapu lidi
Terwincuk erat biting-biting dalam cekedong ketan putih




by. Kroyokan

Comments